
BANDAR SUNWAY, KL,bisniswisata.co.id
Senyumnya mengembang, menyambut pengunjung WITEX 2025 di lantai 15, Sunway Resort di Selangor, Kuala Lumpur. Wajahnya yang glowing, putih dan bebas dari permasalahan kulit.
Soalnya produk yang dibawanya pada expo perdagangan di dunia Islam yapng ada di hadapannya adalah Rendang Mamaden. Apalagi Rahma Dheni Surya, S.Pd sudah bercerita bahwa untuk produk andalannya ini dia memasak sendiri mulai dari meracik bumbu hingga memasaknya. “ Ada asisten juga tapi hanya bagian mengaduk-aduk agar rendangnya matang secara merata,” kata Mamaden singkat.
Ibu empat anak ini seperti ibu rumah tangga lainnya mengaku memang senang memasak buat suami tercinta dan dua pasang anaknya yang dua lelaki dan dua perempuan. Mereka kerap meminta ibundanya masak Rendang, Gulai ikan dan Daging asam padeh.
Waktu kecil, ungkapnya, Dheni yang menjadi anak walikota pertama di Pariaman, Sumbar suka membantu ibunya menyiapkan beragam masakan di dapur. Maklum ayahnya yang memiliki jabatan tinggi kerap harus menjamu tamu-tamu penting di rumah dinas dan saat itu bisnis catering belum ada hingga ibundanya banyak habiskan waktu di dapur dan ke pasar.
Dheni kecil suka mengantar ibu ke pasar, masak di dapur sehingga pulang dari pasarpun meski baru kelas 3 SD dia sudah mampu membersihkan ikan, memotong sayuran dengan baik dan pekerjaan lainnya.
“ Biasanya saya yang pilih sendiri dari tas keranjang ibu mau membantu apa, termasuk bersihkan ikan tadi,” katanya.
Setelah menjadi sarjana dan tenaga pendidik, mama Den yang disekolahnya kerap dipanggil Bukden, maksudnya bu guru Dheni, suka membawa makan siang dengan lauk yang dibuatnya sendiri. ” Umumnya anak didik dan kolega yang ikut mencicipi makanan saya berkomentar bahwa makanannya enak dan rendangnya yang berwarna coklat jadi favorit,” tuturnya.
Tahun 2019 akhir ketika pandemi global COVID 19 datang, tiga anaknya yang kuliah di Jakarta minta kiriman rendang sekaligus berjualan untuk pemasukan mereka di perantauan. Alhasil tiap bulan Mamaden bisa mengirim 100 kg dari dapur rumahnya ke Jakarta dan kota lainnya dari jaringan anak-anaknya sendiri.
“ Selain tidak terlalu pedas, warna rendangnya juga coklat berminyak dan disukai anak milenial maupun gen Z sehingga saya langsung belajar bagaimana kemasannya, tekhnik tahan lama dan strategi lainnya,”
Dia tidak gentar untuk memulai usaha kemasan rendangnya sendiri meskipun se Sumatra Barat sudah banyak yang berjualan rendang. Namun karena ada 19 kabupaten/ kota di provinsi Sumbar ini dan cara pembuatan rendangnya juga berbeda-beda maka Mamaden terus produksi dan berkembang sehingga saat ini menembus pasar mancanegara.
Sebelum Kuala Lumpur, dia juga ikut rombongan Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC) pimpinan Sapta Nirwandar ke negara-negara di Asia Tengah. Dia juga diundang oleh Pegadaian untuk ikut program Gadepreneur sehingga tahun 2025 ini kesibukannya bertambah.
Hobby Membawa Berkah
Seperti ayahnya yang seorang walikota, suami Mamaden sebagai Aparatur Sipil Negara ( ASN) juga memegang jabatan sebagai Kepala Dinas Dispora dan instansi negara lainnya dan terakhir menjadi kepala Balitbang.
“ Suami sempat khawatir saya akan kecapean mengurus bisnis. Tapi saya bilang dari kecil memang sudah suka masak kue-kue dan makanan enak jadi saya melakukan hal yang sata sukai. Don’t worry be happy dong,” tegasnya.
Rahma Dheni Surya, seorang perempuan kelahiran Lubuk Alung pada 11 November 1970, adalah sosok yang dikenal sebagai guru sekaligus pelaku usaha kuliner rendang.
Sejak tahun 2000, ia memulai kariernya sebagai pendidik di salah satu SMA Negeri di kota Padang. Dedikasinya dalam dunia pendidikan tidak pernah surut, namun di balik profesinya
Sebagai seorang guru, ada pula keinginan besar yang tumbuh sejak kecil, yaitu memasak dan senang mencoba resep-resep baru. Dia juga kerap membagikan hasil masakannya kepada teman- teman terdekat. Tidak jarang dia membagikan resep andalannya untuk teman-teman yang sedang berjuang untuk membuka usaha restoran.
Melihat kecintaannya yang begitu dalam terhadap dunia kuliner, banyak teman dan kerabat yang mendorongnya untuk membuka
usahanya sendiri. Akhirnya, pada tahun 2020, ia memberanikan diri untuk memulai usaha kuliner kecil-kecilan dengan mengandalkan hidangan yang telah lama menjadi kebanggaannya: rendang.
Mamaden memulai usaha ini dengan sederhana-membagikan tester rendang buatannya kepada teman-teman, mendengarkan masukan, lalu mulai menjual secara perlahan lewat promosi dari mulut ke mulut (Word of Mouth). Menantunya Bobby yang memberikan masukan untuk memakai nama sendiri sebagai brand sehingga jadilah brand ” Mamaden”.
Respons yang positif membuatnya semakin yakin. Tak lama kemudian, ia memanfaatkan media sosial, terutama instagram, untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Dari sinilah bisnis rendangnya berkembang dan mulai dikenal luas dengan nama “Rendang Mamaden”.
Rendang Mamaden memiliki cita rasa yang khas dan membedakannya dari rendang pada umumnya. Ciri khasnya terletak pada warna coklat kehitaman, tekstur daging yang empuk, bumbu yang tidak terlalu basah, dan aroma harum yang menggoda selera.
Setiap orang yang mencicipinya tidak jarang untuk kembali memesan. Karena rasanya yang istimewa dan tahan lama, Rendang Mamaden kini sering dijadikan sebagai oleh-oleh khas Padang dan hadiah untuk keluarga dan kolega, bahkan dibawa ke luar negeri.
Kini, Rahma Dheni Surya bukan hanya sebagai seorang guru yang penuh dedikasi, tetapi juga sebagai pelaku usaha kuliner yang menyalurkan hobinya menjadi bisnis yang bermanfaat. Perjalanannya adalah contoh nyata bahwa seseorang bisa tetap me0ncintai profesinya, sekaligus mengembangkan potensi diri di bidang lain.
“ Jangan pernah memulai usaha yang tidak kita sukai alias karena terpaksa. Apapun yang kita lakukan sebisa mungkin adalah yang menjadi passion kita sehingga membuatnya dengan tingkat keikhlasan tinggi serta penuh suka cita,” pesannya.
Jika seseorang banyak berfikir dan menjadikan pekerjaan sehari-harinya adalah beban maka seluruh tubuhnya jadi sakit karena hidupnya tidak merasa bahagia. Yuk kita bahagia selalu dengan bergoyang lidah dengan rendang Mamaden.
Recent Comments