INFO BISNIS – Kementerian Pertanian memaksimalkan pangan lokal untuk mempersiapkan ketahanan pangan terhadap berbagai kemungkinan krisis. Pangan lokal juga memiliki potensi untuk dipasarkan ke seluruh dunia.
Demikian disampaikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo agar seluruh jajarannya menggiatkan pengembangan pangan lokal. “Begitu banyak inovasi pangan lokal kita yang sudah dikembangkan. Jangan sampai hanya berhenti di lisensi. Harus berlanjut ke pasar dan bisa diekspor,” ujarnya, belum lama ini.
Mentan menyebutkan Indonesia memiliki beragam sumber daya pangan lokal. Melalui riset dan inovasi, pangan lokal punya potensi untuk diterima di mancanegara. “Ayo, sagu kita harus bisa masuk pasar dunia. Begitu juga beras singkong dan produk olahan pangan lokal lainnya. Jangan kita bergantung pada pangan impor,” kata dia.
Mentan mengingatkan, sumber daya pangan lokal karena dunia sedang dilanda cuaca ekstrim. “Cuaca sedang jelek, planet kita sedang tidak baik-baik saja. Hari ini kita dilanda la nina, besok bisa jadi el nino. Jadi kita perlu persiapkan inovasinya. Pangan lokal apa yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Benih apa yang cocok untuk cuaca saat ini,” ucapnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nuryamsi, mengatakan pertanian saat ini lebih dari sekadar menghasilkan produk. “Namun juga tentang keterampilan mengolah dan memberikan nilai tambah pada produk pertanian Indonesia,” ujarnya.
Salah satu kebijakan yang sesuai untuk diterapkan dalam mencapai ketahanan pangan dan mengantisipasi krisis pangan adalah diversifikasi pangan. Melalui diversifikasi, akan tercapai keanekaragaman pangan.
Indonesia mempunyai keragaman pangan lokal yang tinggi dengan nilai gizi yang baik untuk kesehatan dan tidak terbatas pada komoditas beras. Berbagai komoditas pertanian lain mampu menjadi alternatif pangan utama, salah satunya adalah singkong yang dapat diolah menjadi beras nasi atau rasi.
Kandungan utama singkong adalah karbohidrat. Pada 100 g singkong mengandung karbohidrat sebesar 34,7 g dengan kalori 146 kkl. Jumlah karbohidrat tersebut, lebih tinggi dari ubi jalar, kentang maupun sukun. Hal ini menunjukkan potensi singkong sebagai sumber kalori dan dapat menjadi alternatif pengganti beras dan menunjang diversifikasi pangan.
Selain karbohidrat, singkong mengandung serat pangan kompleks, serat pangan larut, tidak larut, vitamin, dan mineral yang sangat penting bagi kesehatan.
Melalui Bertani On Cloud (BOC) Volume 182, P4S Cireunde binaan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Jawa Barat, berbagi cara mudah dalam membuat olahan berbasis produk lokal singkong menjadi beras singkong, aneka produk turunan dan aneka camilan.
Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan wilayah geografis yang luas dan tersebar.
Indonesia membutuhkan pangan dalam jumlah mencukupi serta memenuhi kriteria layak konsumsi maupun logistik yang mudah diakses. Singkong tergolong sebagai komoditas pangan lokal yang banyak dibudidayakan di Indonesia sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. (*)
Recent Comments