TEMPO.CO, Semarang -Mengantisipasi ancaman resesi, Shipper memfokuskan pasar di sektor usaha kecil menengah atau UKM. Perusahaan yang bergerak di bidang gudang bersama tersebut membuat sejumlah program untuk meningkatkan produktifitas UKM.
Program edukasi untuk UKM yang telah dijalankan Shipper yaitu festival produk, live shooping, dan rebranding. “Kalau usahanya semakin besar akan kembali lagi kepada kami juga,” ujar Alex.
Ia mengatakan Shipper tetap mempersiapkan menghadapi ancaman resesi. “Betul, mungkin harus waspada tapi saya optimis,” katanya. “Indonesia sudah pengalaman menghadapi krisis, 1998, 2008, dan 2018.”
Sebagai perusahaan di bidang pergudangan bersama yang melayani konsumen mulai dari pengemasan, penyimpanan, hingga pengiriman, menurut Alex beban ekonomi tertinggi ada pada logistik. “Bisa makan 27 persen dari GDP karena Indonesia kepulauan,” sebutnya.
Apalagi di daerah luar Jawa sering terjadi antrean untuk mendapatkan bahan bakar minyak menyebabkan kendaraan ekspedisi tak bisa berjalan. “Di daerah, truk nunggu BBM bisa sampai tiga hari. Pengusaha tiga hari dihitung sebagai hari bisnis,” ujar dia.
Dia meminta pemerintah memastikan stok BBM. Menurut dia, hal itu bisa mempengaruhi biaya distribusi dan menekan harga produk. “Pastikan truk bisa minum solar kapan pun di mana pun, harganya bisa turun jauh,” tutur Alex.
Salah satu pengguna Shipper adalah Luthfi, pemilik usaha pakaian bermerek Chubbydut. Dia menjalankan usaha di Kabupaten Semarang. Lantaran banyak pembelinya berasal dari Jakarta dan Jawa Barat, dia berniat membuka gudang di Ibu Kota.
Luthfi menggunakan jasa Shipper sejak tiga bulan lalu. Dia kini bisa menjangkau konsumennya di Jakarta dan Jawa Barat dengan ongkos kirim lebih rendah. “Jadi lebih mengehat waktu dan menghemat ekonomi,” kata dia.



Recent Comments