‘Robin Hood’ di Tengah Inflasi Negeri Paman Sam


Tidak ada makan siang gratis. Begitu kata sebagian ekonom. Maksudnya, segala sesuatu harus ada bayaran atau imbalannya. Namun, tidak demikian yang dilakukan sebuah toko di Atlanta, Amerika Serikat. The Grocery Spot, gerai perkulakan kecil berlampu neon di ibu kota negara bagian Georgia itu, justru  membebaskan pelanggan membayar semampunya, untuk mengambil barang dagangan mereka. Hal ini dilakukan terutama untuk mereka yang kesulitan finansial, seiring melonjaknya harga berbagai kebutuhan pokok.

Di Amerika, persoalan ekonomi, terutama melambungnya inflasi, menjadi isu hangat menjelang pemilu sela yang akan dihelat November mendatang. Apakah pemerintahan Joe Biden yang disokong Demokrat dapat terus menjalankan agendanya dan memulihkan situasi atau menyerahkan kendali kongres kepada Partai Republik.

Masalah inflasi khususnya, menjadi satu hal yang paling disoroti pada setiap jajak pendapat nasional dari prioritas pemilih. Persoalan melonjaknya harga seperti yang dialami penduduk di Atlanta, membuat generasi baru yang miskin ini, semakin terpuruk oleh biaya hidup sehari-hari yang melonjak.

Pengelola The Grocery Spot, toko yang diluncurkan hampir dua tahun lalu, mengatakan mereka telah melihat lonjakkan jumlah pelanggan.

“Apakah Anda pernah ke sejumlah supermarket baru-baru ini?” tanya Theresa McGhee, seorang pengusaha di industri medis.”Anda mengambil beberapa barang, harganya US$100,” keluh perempuan berusia 50-an itu, sambil mengisi troli belanjaannya dengan kentang, granola batangan, dan es krim. Itu alasannya mengapa ia belanja di Gocery Spot, lantaran harganya jauh lebih murah.

Dengan tingkat inflasi 12%, Atlanta adalah salah satu kota di AS yang mengalami kenaikan harga paling tinggi tahun ini.

Memenuhi kebutuhan

Melonjaknya harga memicu ketidakpercayaan warga Amerika dan berpotensi membahayakan Biden bersama Partai Demokratnya dalam pemilihan sela 8 November mendatang.

Seorang manajer The Grocery Spot berusia 39 tahun, yang mengaku bernama Slugga menyatakan dia tidak akan menggunakan hak suaranya dalam pemilihan sela mendatang. Selama ini, Demokrat  sangat bergantung pada suara warga Afro-Amerika dalam upayanya untuk memenangkan negara bagian, yang telah diperebutkan dengan sengit pada 2020 lalu.

Namun, Slugga melihat politik tidak lebih dari drama pertengkaran partisan yang tidak pernah berakhir. “Siapa yang akan membantu masa depan kita,” ujarnya.

“Anda akan terkejut betapa banyak orang yang telah bekerja sepanjang hidup mereka dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,” sela seorang perempuan berjas hitam panjang, yang memilih untuk tidak menyebutkan namanya.

Pahlawan super

Pemilik Grocery Spot menghabiskan lebih dari US$400 seminggu. Uang itu dipergunakan untuk membeli solar agar bisa dipergunakan untuk berkeliling Georgia mencari barang-barang yang tidak terjual. Barang-barang itu selanjutnya didistribusikan kembali di tokonya.

The Grocery Spot buka setap hari dan hampir 500 orang  datang sebelum kehabisan stok “Ada demografi baru yang miskin yang tidak diurus oleh siapa pun,” tukas Matt Jones. “Saya di sini untuk para guru, pengemudi Uber, dan karyawan Walmart,” kata veteran Korps Marinir itu seraya menyebut dirinya sebagai “anti-pemerintah.”

Di The Grocery Spot, proses jual-beli dilakukan dengan sistem kejujuran “bayar apa yang Anda bisa”.

“Saya merasa seperti Robin Hood, Banyak orang makan hari ini,” kata Slugga sambil melihat pembeli mengisi keranjang mereka. (AFP/M-3)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »