Sajak-sajak Yoga Zulkarnain 


Nubuat Kopi 

Kental hidup adalah 

obituari kisah kasih kita 

pekat hitam juga aromanya 

itupun warna, sedap asmara 

Maka aku pun bersumpah 

atas nama kopi dan puisi 

kita abadi dalam setiap 

narasinya yang suci 

Annuqayah, 2022 

 

Rubaiat Secangkir Kopi 

Menyeruput hangat secangkir kopi 

bersama kekasih adalah suatu cara 

menghilangkan segala macam kisah 

hitam kepekatan juga aroma asmara 

Membuatku merasakan sungguh 

tiada rasa yang begitu lebih marwah 

ketimbang nikmat panjangnya sejarah 

Aku coba untuk menatap ritme perjalanan 

bersama orang yang mengasuh penuh iba 

saban hari hingga dingin malam kian sunyi 

ia memelihara penuh kasih di setiap mimpi 

Agar menjadi sebutir kopi beraroma 

terus menyeruap pada bumi pertiwi 

hingga tiba disajikan dengan kata-kata 

di meja kafe menemaniaku dalam sepi 

sambil mengenyam makna sebait puisi 

Annuqayah, 2022 

Di Meja Kafe 

Sejenak aku menuangkan diri 

dalam hangatnya secangkir kopi 

kasih yang diberikan kepada bumi 

mengisyaratkan kesucian Tuhan 

Di meja kafe, 

kopi bukan sekadar kehangatan pilu 

ia mengajari kita merindu secara utuh 

kadang cakap-cakap tak cukup tuk ditempuh 

seberkas kopi diayak dan dihirup tanpa jenuh 

memecah waktu yang kian keriput dan lusu 

Di meja kafe, 

kita pernah membahas peradan para petani diksi 

yang nasibnya kian berada di ambang lubang waktu 

aku pun berharap; semoga dengan menyeruputmu 

kelak kita bersama reinkarnasi menjadi sepasang hati 

yang lembut dalam rahmat kental aroma nan abadi 

Annuqayah, 2022 

Secangkir Kopi Buatan Ibu 

Secangkir kopi buatan ibu 

memelukku di ranjang waktu 

hangatkan sekujur tubuh kaku 

dari dinginnya embun masa lalu 

yang menyerbu kepala batuku 

Secangkir kopi buatan ibu 

tak pernah kutinggalkan sendirian 

di pundak malam bulan dan bintang 

terus menggodaku ‎untuk membingkai 

senyummu yang aduhai tanpa ujung 

tanpa titik, tanpa koma, ‎tanpa titik koma 

Secangkir kopi buatan ibu 

selalu ada jika hujan telah tiba 

bersama doa-doa yang kembara 

mencari kekuasaan Sang Esa 

serta membawa buah tangan 

berupa sebungkus kenangan 

Secangkir kopi buatan ibu 

membuatku tertawa dan ragu 

karena ia baru memberi tahu 

bahwa aku dan kamu ialah bagian 

dari secangkir kopi buatan ibu yang lain 

Annuqayah, 2022 

Kisah Petani dan Pemuisi 

Dari ketulusan kasih petani kopi 

kupungut kisahnya di setiap lekuk tubuh pagi 

yang merawat sebutir kopi di pundak Nusantara 

Saban hari mereka menjadikan dirinya 

sebagai ritme perjalanan sejarah tentang 

pekat, hitam, aroma, dan seberkas rasa; 

memikat kental, hangat, nikmat melambung 

Sebagai pemuisi di setiap jengkal 

cerita para remaja ataupun para lansia 

menyatakan; menyeruput secangkir kopi 

adalah retorika, dianggap suci bagi penyair 

dalam ruang raung renungnya yang sunyi 

Maka terdengar suara sayup-sayup: 

“aku bersaksi tiada sunyi selain kopi, 

dan tiada kopi selain ini puisi.” 

Annuqayah, 2022 

 

Baca juga: Sajak-sajak Irhamni Malika 
Baca juga: Penyair Riau Raih Lomba Cipta Puisi Kopi
Baca juga: Puisi Esok Pagi, Jalan Tikus Pascakontemporer

 

 

 


Noer Moch Yoga Zulkarnain, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat. Berasal dari Desa Gunung Kembar, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Karya-karyanya pernah dipublikasi di sejumlah media dan termuat dalam sebuah antologi puisi Dari Negeri Poci ke-11 Khatulistiwa, penerbit Komunitas Radja Ketjil, Jakarta (2021). Sajak-sajak di sini merupakan karya yang terangkum dalam 50 peserta pilihan kurator pada Lomba Cipta Puisi dalam rangka Festival Pesona Kopi Agroforestry 2022. Lomba ini diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI bekerjasama dengan Media Indonesia. Kini, bergiat di Majelis Sastra Mata Pena. (SK-1) 


 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »