TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi mengatakan saat ini harga telur tinggi lantaran permintaan konsumen melonjak, namun suplai dari peternak belum mencukupi.
“Kenaikan harga telur saat ini terjadi karena demand (permintaan) konsumsi telurnya sudah kembali normal sejak status pandemi berubah menjadi Endemi Covid-19,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 26 Agustus 2022.
Musbar menjelaskan permintaan konsumen akan telur sebelumnya rendah karena adanya bantuan sosial (bansos) berupa bahan pokok, termasuk telur. Sayangnya, kini saat permintaan akan telur pulih, populasi ayam petelur produksi belum kembali seperti tahun 2019. Menurut dia perlu waktu tiga sampai empat bulan untuk pemulihan populasinya. Artinya, kata dia, dari sisi suplai tidak mencukupi kebutuhan permintaan itu sendiri.
Menurut dia, hal itu bisa terjadi karena pada saat pandemi Covid-19, khususnya pada 2020 sampai akhir 2021, peternak melakukan afkir besar-besaran. Penyebab karena tidak kuat bertahan dengan permintaan pasar yang rendah. Akhirnya populasi ayam petelur terkoreksi hingga 30 persen pada saat itu.
Kemudian sejak 8 Agustus hingga 23 Agustus 2022, pemerintah membuat program Bansos yang kemudian membuat harga di tingkat peternak melonjak 15 persen disaat suplai masih kurang.
“Itu yang membuat harga telur dari peternak mencapai titik keseimbangan baru di level Rp 22 – 24 per kilogram,” kaya dia.
Kenaikan harga telur di tingkat peternak juga terjadi karena biaya produksi meningkat. Musbar menuturkan sejak awal 2022 harga pakan ayam naik. Ia mencatat sejak Permendag 07 tahun 2020 dikeluarkan, mulai April 2022 harga pakan ayam mulai dari 24 persen hingga 26 persen.
Adapun kenaikan harga telur menurut Musbar telah terjadi sejak pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM. Ia berkata harga telur yang ditetapkan Badan Pangan Nasional berada di level Rp 22-24.000 per kilogram. Sedangkan harga di level konsumen saat ini Rp 27-29.000 per kilogram. “Hanya sayangnya perbadan ini belum keluar releasenya dari Kementeriam Hukum dan HAM,” ujarnya.
Tapi yang membuatnya bingung, tuturnya, adalah pernyataan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang menyatakan membantah menolak kenaikan harga telur disebabkan oleh bansos. “Lah terus apa dong yang buat kenaikan harga ditingkat konsumen dari kewajarannya? Ini yang masih dicari penyebabnya,” kata dia.
Baca Juga: Mendag Sebut 2 Penyebab Harga Telur Naik, Janji Bulan Depan Normal
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.



Recent Comments