PAHLAWAN Borneo selanjutnya yang tampil di Kick Andy on Location episode Lentera dari Tanah Borneo ialah Amalia Rezeki. Ia merupakan pendiri yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).
Miris akan populasi hewan endemis Pulau Kalimantan itu mendorong perempuan asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tersebut mendirikan yayasan pada 2013. “Di sini ada bekantan yang sedang dirawat dan juga ada satwa lainnya yang sedang dilin dungi dan dalam proses perawatan. Setelah sehat, bekantan akan dilepasliarkan di Pulau Curaik di sekitar Sungai Barito yang menjadi habitat asli bekantan. Selain melindungi satwa, kami juga menyelamatkan rumahnya bekantan dan berupaya membangun kawasan penyanggah di sana,” kata Amalia sembari menunjukkan tempat perawatan bekantan di yayasannya kepada Andy F Noya dalam tayangan di Metro TV malam ini.
Awalnya, gerakan yang Amalia lakukan ini sempat mengalami penolakan dari orangtuanya hingga masyarakat lokal karena bekantan dianggap hama. Namun, ia tidak patah semangat.
“Pada saat saya mengenyam perkuliahan pendidikan biologi, di situ saya melihat fakta-fakta bahwa ternyata banyak sekali satwa liar yang terancam punah, salah satunya bekantan yang menjadi maskotnya Kalsel. Di tempat saya juga sangat minim komunitas yang bergerak di bidang lingkungan,” ungkap perempuan yang kini juga seorang dosen ini.
Menurut data statistik dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, populasi bekantan pada tahun 2013 sekitar 5.000 ekor bekantan, sementara pada 2020 turun menjadi 2.000 ekor.
Amalia menjelaskan bahwa sebelumnya ada pasar satwa terbuka yang memperjualbelikan bayi-bayi primata dengan harga hingga ratusan juta. Meski dalam UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya telah dicantumkan denda dan penjara bagi orang yang memperdagangkan satwa
dilindungi, perdagangan terjadi secara sembunyi-sembunyi.
“Kalau kita hitung selama 6 tahun udah turun hampir separuh 50%, bagaimana nanti 5 tahun ke depan dan ini tentu menjadi penguat bagi kita. Untuk melestarikan
bekantan ini perlu percepatan karena dari kebijakan pusat itu sudah ada strategi dan rencana aksi konservasi bekantan,” jelas perempuan berusia 34 tahun itu yang kemudian membeli beberapa hektare tanah untuk dijadikan kawasan konservasi.
Amalia tidak bekerja seorang diri. Ia bekerja sama dengan relawan, dokter, hingga perwakil an anak muda yang secara sukarela bahu-membahu secara aktif melesatrikan bekantan. Untuk melahirkan regenerasi, dibentuklah Komunitas Relawan Bekantan Indonesia. Komunitas yang didominasi anak muda ini memiliki Duta Bekantan Cilik, Duta Bekantan Nasional, dan Duta Bekantan Internasional.
Pada tahun 2022, kegiatan yang dilakukan Amalia dan SBI telah mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya ialah oleh pemerintah dengan memperoleh penghargaan Kalpataru. Bagi Amalia selagi masih hidup, dirinya harus bergerak dan berkomitmen untuk menyelamatkan alam ini.
“Jadi, ada tanggung jawab ilmu, tanggung jawab sebagai warga negara, kemudian yang lebih dalam lagi tanggung jawab secara agama, pasti setiap manusia itu punya misi mengemban amanah untuk menyelamatkan kehidupan fl ora dan fauna di muka bumi ini, menjadi khalifah di muka bumi,” ujarnya. (*/M-1)
Recent Comments