Sejarah Yamamotoyama, Salah Satu Perusahaan Teh Tertua dan Terkaya di Jepang


Dunia tampak sedikit berbeda ketika keluarga Yamamoto pindah ke Tokyo pada akhir abad ke-17. Di sana, mereka mendirikan toko teh kecil, tepatnya pada tahun 1690. Toko ini kemudian berkembang menjadi cikal bakal perusahaan teh Yamamotoyama. Pada tahun tersebut, zaman keemasan dalam penciptaan sebuah merk dagang baru saja berlangsung. Pos perdagangan pertama di wilayah Kolkata, India modern pun mulai didirikan.

Hingga saat ini, merek Yamamotoyama masih tetap mempertahankan eksistensinya di usia yang sudah menginjak lebih dari 300 tahun. Reputasinya pun kian meningkat

Perusahaan ini diluncurkan oleh Kahei Yamamoto, yang mempelajari cara mengukus dan mengeringkan daun teh untuk membuat Sencha, sejenis teh hijau yang disiapkan dengan menuangkan air panas ke seluruh daun teh.

Menurut Google Arts and Culture seperti dilansir dari Tasting Table pada Kamis (4/8), Sencha dikembangkan oleh seorang biksu Buddha bernama Ingen pada pertengahan abad ke-17, tak lama sebelum Yamamoto mendirikan tokonya.

Saat ini, Sencha menyumbang sekitar 80% dari teh yang dikonsumsi di Jepang. Selain Sencha, jenis teh hijau yang paling populer adalah matcha, yang terdiri dari bubuk daun teh yang biasanya diaduk menjadi campuran berbusa.

Terobosan kuliner terbesar dari Yamamotoyama terjadi pada 1835 ketika pemilik dari generasi selanjutnya mengembangkan jenis teh hijau baru yang disebutnya “Gyokuro,” yang berarti “Embun Giok”.

Gyokuro berbeda dari teh Sencha pada umumnya karena teh ini terlindung dari sinar matahari selama tahap akhir proses pertumbuhan untuk memperkaya rasanya. Hal tersebut dapat terjadi karena selama proses fotosintesis, teh hijau menarik rasa dari asam amino yang disebut L-theanine.

Menjauhkan tanaman dari sinar matahari memang akan menghentikan fotosintesis, mempertahankan kadar L-theanine yang lebih tinggi dan rasa umami yang lebih kaya. Proses tersebut telah menjadikan gyokuro salah satu teh paling berharga (dan mahal) di Jepang.

Pada tahun 1949, hanya berselang 259 tahun dalam sejarah perusahaan, Yamamotoyama memperluas bisnisnya pada produk makanan dengan mulai memproduksi rumput laut nori. Perusahaan tersebut juga sempat terlibat dalam industri kertas Washi.

Menurut Washi Art, Washi merupakan jenis kertas tradisional yang terbuat dari serat rerumputan asli Jepang. Seperti yang dikatakan Yamamotoyama, seseorang mengetahui bahwa mesin yang digunakan untuk membuat kertas Washi dapat digunakan untuk menekan lembaran tipis nori yang digunakan sebagai bahan gulungan sushi.

Saat ini, teh Yamamotoyama dan nori rumput lautnya telah diproduksi secara luar dan terdapat di berbagai restoran dan supermarket Jepang. (M-4)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »