TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengemukakan niatnya untuk kembali menghidupkan rencana pembangunan cable car atau kereta gantung di Bandung. Keinginan ini seiring dengan rencana pemerintah setempat membenahi sistem transportasi di Bandung mulai 2023.
“Awal Januari, para kepala daerah, Wali Kota Bandung, Cimahi, Bupati Bandung, KBB (Bandung Barat), dan Sumedang akan berhimpun untuk menyepakati anggaran, menyepakati operasional dan lain-lain berbarengan dengan lahirnya dan mulai bekerjanya Badan Pengelola Cekungan Bandung,” kata Ridwan Kamil selepas menjajal bus listrik di Kota Bandung, Sabtu, 24 Desember 2022.
Ridwan Kamil menuturkan mayoritas penduduk di cekungan Bandung yang tersebar di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Sumedang, kini melakukan mobilisasi menggunakan kendara pribadi. Pembenahan sistem transportasi tersebut diperlukan untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan angkutan umum.
Baca Juga: Jokowi dan Ridwan Kamil Blusukan ke Pasar Cigombong, Cek Harga Bahan Pokok Jelang Nataru
“Mayoritas dari penduduk di cekungan Bandung menggunakan transportasi pribadi kurang lebih hampir 84 persen. Dalam hitungan 20-30 tahun, kalau ini dibiarkan, pas keluar rumah semua sudah kena macet. Jadi kalau orang tanya solusinya apa, salah satunya mari perlahan mengubah gaya hidup ke transportasi publik,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil melanjutkan, ada tiga moda transportasi yang akan dikembangkan sekaligus untuk melayani Bandung Raya. Ketiganya adalah LRT, kereta gantung, dan BRT.
Moda transportasi yang berbeda-beda ini diperlukan lantaran topografi Bandung yang berkelok-kelok, berbukit-bukit, serta jalannya cenderung sempit. “Di daerah yang datar kita akan pakai BRT yang akan kita lunching antar regional. Insya Allah ada LRT yang disepakati rutenya. Antar bukit-bukit, mimpi dulu yang namanya cable car akan dimulai dan dihidupkan lagi,” kata dia.
Rencana pembangunan kereta gantung tersebut merupakan mimpi lawas Ridwan Kamil saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Dia berharap, pembenahan sistem transportasi secara utuh ini akan turut menyasar operator-operatornya, seperti angkutan kota alias angkot.
Dia mengemukakan niatnya untuk mengkoversi angkot ke bus. Sehingga, sopir-sopir angkot menjadi bagian dari konsorsium transportasi publi.
“Waktu jadi supri angkot pendapatannya x, nanti dengan sistem ini pendapatannya tetap x, hanya berubah dari nyetir angkot nanti jadi nyetir bus dan lain-lain,” kata dia.
Ridwan Kamil mengaku, rencana konversi angkot tersebut belum diputuskan waktunya. “Saya enggak bisa bilang kapan. Tapi intinya kita lakukan bertahap. Dan kita paham rilis satu rute bus saja banyak dinamika sosialnya, premanisme dan sebagainya menghiasi berita akhirnya pesan utamanya malah jadi hilang,” kata dia.
Ridwan Kamil melanjutkan, pembenahan sistem transportasi tersebut membutuhkan waktu. Pada tahap awal, ia ingin 84 persen kendaraan pribadi beralih ke angkutan massal.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat A Koswara mengatakan BRT akan dikembangkan di Bandung Raya hingga 17 koridor. Saat ini, bus sudah beroperasi di lima koridor. “BRT 17 koridor itu kalau full kita operasikan itu ada 455 bus,” kata dia.
Sementara itu, pembangunan LRT saat masih dalam tahap kajian feasibitlity study yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan dengan proyeksi pendanaan menggunakan skema KBPU. “LRT itu barat-timur dan utara-selatan. Nanti hub-nya di Leuwipanjang. Kalau BRT sentralnya di alun-Alun stasiun besarnya di Alun-Alun,” kata Koswara.
Koswara menjelaskan, untuk kereta gantung, pemerintah akan mengembangkan lagi rencana awal Kota Bandung. “Rencana Kota Bandung kita review, kita pebaiki lagi, di integrasikan dengan LRT dan BRT. Cable Car dari Bandung ada tiga trase, nanti kemungkinan akan bertambah kalau kita kaji secara keseluruhan,” kata dia.
Baca juga: 8 Bus Listrik Bekas G20 Kini Dipakai di Bandung, Ridwan Kamil: Produksi Dalam Negeri
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Recent Comments