TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal Aliansi Petani Indonesia Muhammad Nuruddin menilai saat ini stok beras domestik sangat tidak aman. Ia menyebutkan cadangan beras pemerintah hanya 2 juta ton, sementara faktor cuaca ke depan akan terus menggerus hasil panen petani.
“Kalau dilihat dari luasan lahan panen yang setiap tahun berkurang, faktor iklim yang berdampak pada produktifitas, mau gak mau pasti akan impor di tahun depan,” ujarnya saat ditemui di Hotel Four Points, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Oktober 2022.
Ia menjelaskan saat ini sedang terjadi fenomena La Nina dan pada Januari akan ada fenomena El Nino. Alhasil, gagal panen di pesisir selatan akan menimbulkan penurunan produksi. Nuruddin memperkirakan penurunannya bisa mencapai 30 persen dari total 50 juta ton gabah kering panen (GKP).
Karena itu, ia berharap Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Badan Pusat Statistik segera berkoordinasi dan memutuskan apakah langkah mengimpor beras akan dipilih sebagai solusi. Jika tidak, ia memprediksi akan semakin banyak kasus penyelundupan impor di tahun depan.
“Mending diformulasi supaya enggak ada impor selundupan. Jujur saja bahwa ada faktor iklim menurunkan produktivitas padi secara nasional,” tuturnya.
Situasi pasokan dan harga beras sekarang memang dalam keadaan sulit. Ia mengungkapkan di satu sisi, petani sedang menikmati harga gabah yang tinggi, tetapi di sisi lainnya, konsumen tertekan karena pasokan yang terbatas akan berdampak pada kenaikan harga hingga krisis pangan.
Meski impor dapat menjadi pilihan, menurut Nuruddin, akan sulit mencari negara yang bersedia mengimpor beras. Sebab, masing-masing negara cenderung mengamankan stok domestik demi menjaga ketahanan pangan mereka.
“Sekarang negara mana yang masih mengizinkan impor. Thailand, Vietnam, Cina, India, kan lagi krisis pangan juga ini,” kata Nuruddin.
Alternatif lainnya yang bisa dilakukan pemerintah adalah mendorong diversifikasi tanaman pangan lain. Sebelumnya, pemerintah juga telah menggenjot produksi sorgum sebagai subtitusi gandum dan beras. Tetapi ia menilai langkah itu akan sulit dan tak efektif.
“Itu kan namanya transformasi struktur pangan. Tidak mudah meminta orang yang makan beras beralih ke sorgum,” tuturnya.
Ia menyarankan agar pemerintah menyiapkan strategi dari pengembangan benih yang tahan terhadap perubahan iklim. Sehingga diharapkan hasil panen petani bisa meningkat dan pasokan domestik tetap terjaga.
Baca Juga: Panggil Menteri Ekonomi ke Istana, Jokowi: Kenapa Harga Beras Naik?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Recent Comments