TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikun, mempertanyakan Kemenko Perekonomian yang dikabarkan telah memberi izin rekomendasi impor gula konsumsi sebanyak 500.000 ton.
“Hari ini sudah keluar lagi permohonan rekomendasi untuk tambahan impor gula konsumsi 500.000 ton kepada Pak Menko dari salah satu Pak Menteri,” ujar Soemitro dalam acara seminar nasional di Jakarta, Rabu, 26 Oktober 2022. Salah satu dasar dari dibukanya keran impor tersebut adalah perkiraan stok gula akhir tahun 2022 sebanyak 880.000 ton.
Ia menyebutkan stok gula pada akhir 2021 atau awal tahun 2022 sebesar 1,1 juta ton. “Kita masih ingat pemerintah mengimpor 980.000 ton raw sugar dan 150.000 ton white sugar,” katanya.
Baca: Erick Thohir Berharap Revitalisasi Industri Gula Penuhi Kebutuhan Nasional Jangka Panjang
Dengan begitu, jika ditambah maka stok akhir 2021 tersebut, ada total stok gula sebesar 2,2 juta ton. Bila ditambah lagi dengan produksi nasional sebesar 2,4 juta ton, kata Soemitro, maka total stok gula nasional secara keseluruhan sebesar 4,6 juta ton.
Dengan konsumsi gula nasional per tahun sebesar 3 juta ton, artinya masih ada surplus 1,6 juta ton gula. “Kenapa di surat itu disebutkan prediksi sisa gula kita ini 880.000 ribu? Ini kan udah beda. Kita gak diajak ngomong,“ ucap Soemitro.
Menurut dia, bila pemerintah ingin mewujudkan swasembada gula, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki neraca gula konsumsi dan industri. Swasembada gula juga harus ditugaskan kepada seluruh pemangku kebijakan di sektor pergulaan nasional.
Artinya, swasembada gula pun harus melibatkan seluruh pabrik gula nasional mulai dari BUMN, KSU-BUMN, Swasta, dan Rafinasi. Dalam operasionalnya, diperlukan kebersamaan dan kemitraan dengan para petaninya dan sejak awal seharusnya sudah direncanakan bersama-sama agar mendapat hasil yang matang. “Membangun kebun tebu harus terintegrasi dengan pabrik gula dan sebaliknya,” tutur Soemitro.
Recent Comments