BPS: Impor Logam Mulia dan Permata Naik, Terbesar dari Singapura, Cina, Afrika


TEMPO.CO, Jakarta – Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat impor logam mulia dan perhiasan atau permata dengan kode HS 71 naik. Kenaikan itu mencapai 50,3 perse per September secara bulanan atau month to month.

“Impor logam mulia dan perhiasan atau permata bertambah sebesar US$ 182,5 juta atau meningkat 50,37 persen. Berdasarkan negara asal barang, peningkatan terbesar berasal dari Singapura, Cina, dan Afrika Selatan,” ujar dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 17 Oktober 2022.

Secara keseluruhan, nilai impor Indonesia per September 2022 turun 10,58 persen ketimbang Agustus. Impor tercatat melandai menjadi US$ 19,81 miliar.

BPS mendata impor komoditas besi dan baja atau HS 72 turun menjadi US$ 342,2 juta atau melemah sebesar 25,57 persen. Berdasarkan negara asal barangnya, penurunan terbesar untuk impor kelompok besi dan baja terjadi untuk pengiriman dari Cina, Afrika Selatan, dan Jepang.

Di sisi lain, BPS mencatat ada lima negara yang menjadi penyokong nilai impor nonmigas terbesar sepanjang September. Kelima negara itu adalah Brazil, Hungaria, Bulgaria, Singapura, dan Italia. Peningkatan impor nonmigas terbesar berasal dari Brazil yang naik US$ 77,2 juta atau 23,63 persen.

“Dengan peningkatan terbesar untuk komoditas ampas dan sisa industri makanan atau HS 23. Kemudian biji logam perak dan abu atau HS 26 serta produk farmasi atau HS 30,” ucap Setianto.

Baca juga: Indika Energy Bicara Permintaan Ekspor Batu Bara ke Eropa

Sedangkan lima negara dengan penurunan nilai impor nonmigas terbesar adalah Cina, Jepang, Korea Selatan, India, dan Afrika Selatan. Impor nonmigas dari Cina  tercatat US$ 883,3 juta atau turun 13,44 persen.

Penurunan impor dari Cina khususnya ditopang pelemahan komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85, besi dan baja HS 72. Selain itu, peralatan mekanik serta bagiannya atau HS 84.

Selanjutnya jika melihat pangsa impor nonmigas, ada 3 negara terbesar, yaitu Cina, Jepang, dan Australia. Cina memiliki pangsa US$ 5,69 miliar atau 34,74 persen;  Jepang US$ 1,30 miliar atau 7,93 persen; dan Australia US$ 0,91 juta atau 5,53 persen. 

“Untuk beberapa wilayah yang kami catat misalnya untuk wilayah ASEAN. ini nilainya US$ 2,77 miliar dengan pangsa sebesar 16,90 persen. Kemudian untuk wilayah Uni Eropa kita mencatat nilainya sebesar US$ 1,05 miliar dengan pangsa sebesar 6,40 persen,” kata dia.

Baca juga: Indika Energy Bicara Permintaan Ekspor Batu Bara ke Eropa

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »