TEMPO.CO, Jakarta – Tingkat keterisian atau okupansi kamar hotel di Bali meningkat menjelang perhelatan G20 yang akan berlansung 15-16 November mendatang. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat tingkat okupansi hotel berbintang naik menjadi 70 persen.
“Kalau kita bicara Bali, karena memang ada ajang yang dinanti, yaitu G20, tentu okupansinya sudah meningkat cukup baik,” ujar Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran saat dihubungi pada Sabtu, 15 Oktober 2022.
Rata-rata tingkat keterisian kamar melonjak untuk area Nusa Dua. Nusa Dua merupakan tempat digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Adapun angka okupansi hotel di Pulau Dewata jauh lebih tinggi ketimbang pada masa pandemi Covid-19. Pada periode yang sama tahun lalu, tingkat keterisian hotel hanya sekitar 20 persen.
Meski demikian, peningkatan okupansi hotel di Bali tak paralel dirasakan oleh daerah lain. PHRI mencatat tingkat keterisian kamar di daerah luar Bali belum ada perbaikan yang signifikan. Bahkan Maulana berujar, pemesanan kamar cenderung turun pada bulan-bulan ini, terutama akibat dampak kondisi ekonomi.
“Karena kalau kita bicara sekarang kan bicara Bali saja kan, tapi kalau kita bicara secara nasional, status okupansi itu masih belum stabil,” ucap Maulana.
Baca juga: Presidensi G20 Indonesia Berhasil Kumpulkan Financial Intermediary Fund USD 1,4 Triliun
Per Agustus 2022, Badan Pusat Statistik mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang turun 2,39 poin dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 49,77 persen. Sedangkan ketimbang Agustus 2021 yang sebesar 25,07 persen, TPK naik mencapai 22,31 poin.
Seluruh provinsi mengalami kenaikan TPK pada Agustus 2022, kecuali Maluku, Papua, dan Maluku Utara yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 9,76 poin 5,71 poin, dan 3,12 poin. Bali mencatat kenaikan tertinggi sebesar 33,60 poin, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 32,21 poin, dan DKI Jakarta sebesar 23,96 poin. Sementara itu, kenaikan terendah tercatat di Aceh sebesar 4,23 poin.
Oleh sebab itu, Maulana menekankan, para pelaku usaha di sektor pariwisata saat ini sangat bergantung pada program-program internasional dari pemerintah untuk menjaga momentum pemulihan bisnis di sektor itu. Contohnya pertemuan tahunan G20 itu. Namun ia berpesan distribusi dampak ekonomi itu semestinya merata ke semua daerah.
“Karena program kegiatan ini lah yang bisa berimpact langsung ke industri pariwisata dan serapan tenaga kerja di industri pariwisata, khususnya juga menggerakan ekonomi daerah karena kan memang hidupnya daerah itu umumnya kan dari UMKM, mengandalkan pergerakan orang,” ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkapkan, kenaikkan harga BBM memberikan dampak kecil pada okupansi hotel berbintang. Hotel berbintang umumnya mengandalkan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition/event) dari korporasi dan instansi pemerintah. Hal tersebut membuat korporasi dan pemerintah memilih lokasi sekitar DKI Jakarta.
“Adanya kenaikan BBM berdampak harga-harga termasuk kenaikan pada kegiatan MICE sehingga untuk sementara waktu lebih memilih untuk menyelenggarakan kegiatan di kota-kota terdekat –sekitar Jakarta dan Bali–sebagai upaya penghematan budget,” ucapnya.
ARRIJAL RACHMAN | BISNIS
Baca juga: Pengusaha Hotel Butuh Banyak Tenaga Kerja Hadapi KTT G20 di Bali
Recent Comments